Menjadi Generasi Muslim Muda Berprestasi di Era Disrupsi
Oleh: Sayyidah Maulidatul Afraah
Di zaman disrupsi seperti sekarang, generasi muda tengah menghadapi perubahan yang sangat cepat akibat kemajuan teknologi digital. Apakah kamu tahu apa arti dari disrupsi? Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disrupsi berarti tercabut dari akar. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, disrupsi menggambarkan sebuah fenomena perubahan yang bersifat mendasar, terutama akibat perkembangan teknologi yang menyentuh berbagai aspek kehidupan (Kasali, 2018). Era ini membawa berbagai tantangan, terutama bagi generasi muda muslim. Namun, mereka diharapkan untuk tetap memanfaatkan potensi pada dirinya, tidak berhenti belajar, hingga menjadi generasi yang berprestasi sambil menjaga nilai-nilai keislaman. Seperti firman Allah pada QS. Al-Mujadalah [58]: 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah [58]: 11)”
Dalam ayat tersebut, Allah menyampaikan bahwa Dia akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu. Pesan ini menjadi motivasi penting bagi generasi muda Muslim untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan pengetahuan. Sebab, iman dan ilmu adalah fondasi utama untuk meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Generasi muda Muslim yang berprestasi merupakan sosok-sosok yang mampu meraih keberhasilan di berbagai bidang kehidupan—baik akademik, profesional, maupun sosial—tanpa melepaskan nilai-nilai Islam yang mereka anut. Mereka tidak hanya cakap dalam sains dan teknologi, tetapi juga menjunjung tinggi akhlak yang mulia, memiliki integritas, serta memberi kontribusi positif bagi masyarakat dan umat.
Tantangan Perkembangan Teknologi di Era Disrupsi
Menurut sebuah artikel yang disusun oleh Abdul Rashid Abdul Aziz, Rabi’ah, dan Ihda Ihromi pada tahun 2023 terkait Peluang dan Tantangan Moderasi Beragama di Era Digital, ada tiga tantangan perkembangan teknologi di era disrupsi (Aziz dkk., 2023).
- Kekeliruan Informasi akibat Hoax
Generasi muda kerap mengalami kesulitan dalam membedakan informasi yang valid dan yang menyesatkan. Ketika hoaks dianggap sebagai kebenaran, hal ini bisa menyebabkan kesalahpahaman terhadap suatu isu. Oleh karena itu, keterampilan literasi digital menjadi sangat krusial agar mereka mampu mengecek keaslian sumber informasi sebelum menjadikannya rujukan dalam kegiatan belajar. Pentingnya meneliti kebenaran berita juga telah disampaikan dalam Al-Qur’an, tepatnya pada QS. Al-Hujurat [49]: 6, yang mengajarkan agar setiap kabar yang diterima diperiksa lebih dulu, guna menghindari kesalahan dan dampak negatif di masa mendatang.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat [49]: 6)
- Permasalahan paham radikalisme
Paparan terhadap paham radikalisme dapat mengganggu konsentrasi generasi muda dalam menempuh pendidikan. Alih-alih berfokus pada belajar dan pengembangan diri, mereka justru bisa terbawa ke dalam pemikiran atau tindakan ekstrem. Situasi ini tidak hanya menghambat pencapaian akademik, tetapi juga dapat merusak masa depan mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi generasi muda untuk memiliki pemahaman agama yang tepat serta kemampuan berpikir kritis dalam menyikapi berbagai konten yang tersebar di dunia digital.
- Bahaya polarisasi sosial media
Polarisasi dapat menyebabkan generasi muda hanya menerima informasi dari satu sisi saja, yang berisiko menimbulkan pemahaman yang tidak utuh atau cenderung bias. Kondisi ini bisa menghambat kemampuan mereka dalam berpikir kritis, menyusun argumen yang seimbang, serta menulis karya ilmiah yang objektif. Untuk mengatasi hal tersebut, penting bagi generasi muda untuk terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber, terbuka terhadap beragam sudut pandang, dan aktif terlibat dalam diskusi yang konstruktif.
Strategi Menghadapi Tantangan di Era Disrupsi
Menurut sebuah artikel yang susun oleh Achmad Tahar, Pompong B. Setiadi, dan Sri Rahayu pada tahun 2022, terkait Peluang dan Tantangan Moderasi Beragama di Era Digital, ada tiga strategi yang dapat diimplementasikan dalam menghadapi tantang di Era Disrupsi.
- Digital Skill for Digital Competency
Generasi muda Muslim perlu membekali diri dengan kompetensi digital yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kesadaran dalam menggunakan teknologi informasi. Kompetensi ini mencakup kemampuan menggunakan perangkat lunak dan alat digital, serta pemahaman tentang keamanan siber, etika digital, dan literasi informasi. Kompetensi tersebut dapat melalui kursus online maupun pelatihan untuk mengembangkan keterampilan digital seperti desain grafis maupun pemrograman. Sehingga, generasi muda memiliki digital skill untuk kompetensi yang sesuai dengan perkembangan dan permasalahan terkini.
- Penerapan Digital Competency Development
Pengembangan dan penerapan kompetensi digital secara efektif adalah kunci keberhasilan dalam adaptasi teknologi. Generasi muda muslim perlu memahami bagaimana teknologi dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Seperti terlibat dalam proyek atau start-up yang menggunakan teknologi digital untuk menciptakan solusi atas masalah-masalah sosial atau ekonomi. Proyek tersebut dapat berupa pembuatan aplikasi yang mendukung pendidikan Islam atau platform digital yang mempromosikan bisnis halal. Sehingga, mereka melalui penerapan digital competency development ini untuk bekal dalam mengikuti kompetisi terkini, memberi solusi dalam kehidupan sehari-hari, hingga menghasilkan karya inovasi.
- Peningkatan Human Value
Di era digital, penting bagi generasi muda muslim untuk tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada pengembangan nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, simpati, dan kemampuan berkomunikasi dengan berbagai golongan sosial. Seperti aktif dalam kegiatan sosial baik online maupun offline, yang bertujuan untuk membantu sesama. Inisiasi tersebut dapat berupa pembuatan kampanye sosial melalui media sosial atau bergabung dengan gerakan sosial. Sehingga, mereka dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang signifikan terhadap masyarakat dan umat.
Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini, generasi muda Muslim dapat membangun kompetensi yang diperlukan untuk sukses di era disrupsi, sekaligus mempertahankan identitas dan nilai-nilai keislaman yang kuat. Hal ini akan membantu mereka untuk tidak hanya berprestasi secara akademik dan profesional, tetapi juga berkontribusi positif bagi masyarakat dan umat. Hal ini sejalan dengan firman Allah pada QS. Ar-Ra’d [13]: 11, yang mengajarkan kita untuk proaktif dalam menghadapi perubahan.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Belajar dari Kisah Para Sahabat dan Tokoh Muslim
Pertama, Abdullah bin Abbas adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal karena kecerdasannya dan keilmuannya yang mendalam (Zahara, 2024). Ia adalah sepupu Nabi Muhammad SAW dan sejak kecil sudah menunjukkan kecenderungan yang kuat terhadap ilmu pengetahuan. Abdullah bin Abbas dikenal dengan gelar Tarjuman al-Qur’an (penafsir Al-Qur’an) karena pengetahuannya yang luas tentang tafsir. Ia belajar langsung dari Nabi Muhammad SAW dan kemudian dari sahabat-sahabat senior lainnya. Kecintaannya pada ilmu membuatnya terus belajar dan mengajar sepanjang hidupnya. Meskipun masih sangat muda, Abdullah bin Abbas sering mencari dan berdiskusi dengan para sahabat senior untuk belajar lebih banyak. Ia menunjukkan bahwa usia muda bukanlah halangan untuk mencapai pengetahuan yang tinggi.
Kedua, Dr. Hayat Sindi adalah seorang ilmuwan dan penemu dari Arab Saudi yang dikenal sebagai salah satu tokoh wanita paling berpengaruh di dunia sains (Desindatika, 2024). Ia adalah wanita pertama dari Timur Tengah yang memperoleh gelar PhD dalam bioteknologi dari Universitas Cambridge. Dr. Sindi adalah co-founder Diagnostics for All, sebuah organisasi nirlaba yang mengembangkan alat diagnostik yang mudah digunakan dan murah untuk daerah terpencil. Sebagai wanita Muslim, Dr. Sindi berhasil menembus batas-batas yang biasanya dianggap sulit dicapai oleh wanita di dunia sains dan teknologi. Ia menjadi inspirasi bagi banyak wanita Muslim dan generasi muda untuk berani bermimpi besar dan mengejar karir dalam bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika).
Abdullah bin Abbas dari masa lalu dan Dr. Hayat Sindi dari masa kini menunjukkan bahwa kecintaan pada ilmu, keteguhan dalam menuntut ilmu, dan komitmen untuk menggunakan ilmu tersebut demi kemaslahatan orang banyak adalah kualitas-kualitas yang dapat membawa seseorang menuju prestasi besar. Generasi muda Muslim di era digital dapat meneladani semangat ini untuk mencapai kesuksesan sambil tetap memegang teguh nilai-nilai Islam.
Motivasi untuk Generasi Muda Muslim
Sebagai generasi muda kita perlu untuk berani bermimpi dan berinovasi. Jadikan iman dan taqwa sebagai fondasi dalam setiap langkah. Dengan iman yang kuat, kita akan memiliki ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan. Hal tersebut sesuai dengan Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Abbas RA yang menjelaskan terkait pentingnya memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya, sebelum datang masa tua, sakit, atau kesibukan. Bagi generasi muda Muslim, ini adalah panggilan untuk memaksimalkan potensi diri, mencapai prestasi, dan mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat sebelum kesempatan itu hilang.
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang miskinmu, waktu luangmu sebelum datang sibukmu, hidupmu sebelum datang matimu.”
Dengan memanfaatkan teknologi, berinovasi, dan menjaga nilai-nilai keislaman, kita dapat menjadi agen perubahan yang membawa manfaat bagi umat dan dunia. Semoga artikel ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi untuk terus berusaha dan berprestasi di tengah segala perubahan.
Marâji’
Abdul Rashid Abdul Aziz, Rabi’ah, Ihda Ihromi. “Peluang dan Tantangan Moderasi Beragamadi Era Digital” dalam INTEGRASI : Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. 1 No. 2, Tahun 2023.
Achmad Tahar, Pompong B. Setiadi, Sri Rahayu. “Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Era Society 5.0” dalam Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 6 No. 2, Tahun 2022.
Dwitisya Rizky Desindatika. “Dr Hayat Sindi, Muslimah Pendobrak Teknologi Kesehatan Dunia” https://langit7.id/read/132/1/dr-hayat-sindi-muslimah-pendobrak-teknologi-kesehatan-dunia-162487481. Diakses pada 29 Agustus 2024.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Disrupsi” https://www.kbbi.web.id/disrupsi. Diakses pada 29 Agustus 2024.
Muhammad Afiq Zahara. “Kisah Kepekaan Ibnu Abbas Sejak Kecil” https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/kisah-kepekaan-ibnu-abbas-sejak-kecil-xhj75. 2023. Diakses pada 29 Agustus 2024.
Rhenald Kasali. The Great Shifting: Ketika Platform Berubah Kehidupan dan Bisnis pun Berpindah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2018.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!