Pada Selasa (27/05) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) resmi meluncurkan Program Studi S1 Manajemen Rekayasa. Program ini menjadi yang pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, sekaligus menjadi bentuk nyata komitmen UII dalam menjawab tantangan pendidikan tinggi yang adaptif terhadap kebutuhan industri modern.

Program studi ini telah memperoleh izin operasional dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia melalui SK Nomor 175/B/O/2025 yang diterbitkan pada 24 Maret 2025. Dengan terbitnya SK tersebut, Prodi Manajemen Rekayasa siap menerima mahasiswa baru untuk semester ganjil tahun akademik 2025/2026.

Dalam konferensi pers yang digelar di Ruang Dekan FTI UII, hadir Dekan FTI UII Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, M.T., IPU., ASEAN.Eng., Ketua Jurusan Teknik Industri Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc., Ketua Program Studi Manajemen Rekayasa Elanjati Worldailmi, S.T., M.Sc., dan Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Dr. Agus Mansur, S.T., M.Eng.Sc.

“Peluncuran Prodi ini merupakan langkah strategis untuk menjawab kebutuhan industri terhadap tenaga profesional yang mampu mengintegrasikan aspek rekayasa dan manajemen secara sistemik,” ujar Prof. Hari Purnomo.

Prodi ini dirancang untuk mencetak lulusan yang tidak hanya memiliki kompetensi teknis, tetapi juga kemampuan manajerial dalam mengelola proses bisnis dan operasional berbasis pendekatan efisiensi dan digitalisasi. Program ini menonjolkan pendidikan multidisipliner dengan fokus pada digital data-driven product design.

Imam Djati Widodo menambahkan bahwa keunggulan utama program ini terletak pada penerapan sistem pembelajaran hybrid, yaitu kombinasi pembelajaran daring dan luring yang fleksibel. “Kami ingin memberikan akses pembelajaran yang luas, relevan, dan selaras dengan dinamika teknologi digital tanpa mengurangi kualitas akademik,” jelasnya.

Selain itu, kurikulum Prodi Manajemen Rekayasa FTI UII juga mengedepankan kolaborasi dengan industri, pendekatan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), serta integrasi nilai-nilai keislaman sebagai ciri khas lulusan UII.

Ketua Program Studi, Elanjati Worldailmi, menyampaikan bahwa program ini berfokus menghasilkan lulusan yang EPIC — Ethical, Professional, Intelligent, dan Competent. “Melalui pendekatan Capstone Design, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman praktis dalam pengembangan produk tanpa kewajiban menulis skripsi tradisional, sehingga lebih siap langsung terjun ke dunia kerja,” ujarnya.

Masa studi ditargetkan dapat diselesaikan dalam waktu maksimal delapan semester, dengan biaya yang relatif terjangkau. Saat ini, pendaftaran mahasiswa baru telah dibuka dan Prodi siap menerima calon mahasiswa untuk semester ganjil tahun akademik 2025/2026. Informasi lebih lanjut mengenai struktur kurikulum, skema beasiswa, hingga alur pendaftaran dapat diakses melalui laman resmi Manajemen Rekayasa FTI UII, sehingga calon mahasiswa dapat merencanakan studinya secara matang sejak awal.

Oleh: Zelania In Haryanto

Zaman modern sudah memberi banyak perubahan pada kehidupan manusia, di antaranya adalah faktor kesehatan yang semakin kompleks terutama mental. Tekanan dari dalam maupun luar sangat berpotensi menyebabkan stres sampai depresi, keadaan yang kerap diderita oleh manusia modern sehingga memicu kecemasan. Belum lagi mereka yang mendapatkan luka mental di masa lalu, tentu akan menderita kesulitan dalam menjalani kehidupan keseharian dikarenakan terganggunya fungsi fisik serta psikologis. Bila telah menyebabkan gangguan pada kegiatan harian, pertolongan profesional sangat diperlukan guna penyembuhannya. Namun, selain bantuan profesional, seseorang juga dapat melakukan penyembuhan diri atau self healing dengan pendekatan agama Islam, yang dapat kita sebut dengan Islamic healing.

Sebelum kita membahas mengenai Islamic healing, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu self healing. Secara umum, karakteristik self healing (penyembuhan diri) yaitu hati yang tenang dan bersih.1 Pengulangan penyembuhan diri yang konsisten dapat dilakukan secara terpisah untuk memperoleh hasil terbaik dalam menjaga kesehatan mental.2 Pendekatan ini tidak bergantung pada pengobatan tertentu, tetapi lebih memfasilitasi pelepasan emosi dan perasaan secara alami baik dalam tubuh maupun pikiran.3 Fenomena penyembuhan diri terkait erat dengan keyakinan, karena konsep diri berfungsi sebagai katalis utama untuk keyakinan diri.4

Penyembuhan diri mengacu pada kemampuan bawaan tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri, karena istilah “penyembuhan” dipahami sebagai prosedur pengobatan atau pemulihan yang sistematis.4 Tujuan penting dari penyembuhan diri adalah untuk mencapai kesadaran diri. Setelah mencapai penyembuhan diri, seseorang akan mengembangkan keyakinan diri yang meningkat dalam menghadapi tantangan hidup, menerima kesalahan dan kesulitan.5 Konsep yang mendasari proses penyembuhan diri adalah bahwa tubuh manusia memiliki kapasitas bawaan untuk memulihkan dan memperbaiki dirinya sendiri melalui mekanisme alami tertentu.6 Tujuan dari proses penyembuhan diri ini adalah untuk mengurangi stres, ketakutan, dan gejala tekanan mental dan emosional lainnya.7

Dalam Islam, konsep penyembuhan diri dicontohkan oleh keputusan Nabi untuk melakukan tahajud dan dzikir di Gua Hira, yang melibatkan penyerahan hatinya kepada Allah SWT, ketika menghadapi situasi sulit.8 Untuk mencari kesembuhan, Nabi melakukan pengabdian dan meditasi dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Nabi mengamati praktik melakukan salat sebagai sarana untuk mencapai ketenangan pikiran, sehingga memungkinkan perenungan yang efektif terhadap kesejahteraan mental dan fisik.9

Dalam Islam, Al-Qur’an serta Hadits berfungsi selaku sumber inti petunjuk bagi umat Islam dalam banyak bidang kehidupan, yang mencakup masalah spiritual dan etika. Satu diantara konsep krusial dalam Al-Qur’an yang sangat dekat dengan Islamic healing adalah muhasabah, yaitu introspeksi diri maupun mengevaluasi tindakan diri sendiri. Muhasabah merupakan salah satu cara untuk self healing. Muhasabah adalah istilah yang berasal dari kata حاسب – يحاسب, yang dalam bentuk masdar (dasar) berarti menghitung, mengoreksi, dan introspeksi. Dengan demikian, muhasabah merujuk pada upaya seseorang guna menghitung serta melakukan evaluasi diri, mengecek berapa banyak dosa yang sudah dilaksanakan serta kebaikan apa saja yang belum dilaksanakan.10

Proses self healing adalah bagian dari upaya menjaga kesehatan psikologis. Proses ini dimulai dengan menerima diri sepenuhnya, mengidentifikasi sumber masalah, memahami penyebab konflik, dan berusaha menyelesaikannya, baik masalah pribadi maupun yang melibatkan orang lain. Self healing bukan hanya melibatkan perawatan fisik, tetapi juga aspek spiritual. Dalam Islam, kesembuhan datang dari Allah, sedangkan dokter hanya sebagai perantara.11 Islam mengajarkan muhasabah sebagai solusi untuk menguatkan mental yang lemah, menyembuhkan mental yang terluka, serta mengatasi konflik batin dan masalah emosional yang ada. Muhasabah berperan penting dalam proses self healing, dengan cara fokus pada masalah yang dilawan, menerimanya dengan lapang dada, dan mengingat Allah sebagai sumber pertolongan.12 Muhasabah selaku tahapan self healing adalah solusi yang ditawarkan agama untuk penyembuhan jiwa dan spiritual manusia modern. Dengan introspeksi yang benar, seseorang akan lebih berhati-hati dalam bertindak, cepat bertaubat jika berbuat salah, dan mampu melakukan pengendalian diri, sehingga jadi lebih baik dalam segala hal dan menyebarkan energi positif di sekitarnya.

Selain dalil di dalam Al-Qur’an, konsep Islamic healing juga ada pada Hadis Nabi Muhammad saw. Berikut ini yakni satu diantara Hadis terkait self healing bagi luka mental:

 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ عَمَّارٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللََِّّ الدُّؤَلِ يِ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ ابْنِ أَخِي حُذَيْفَةَ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ كَانَ ال نَّبِيُّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى (رواه أبوداود)

 

“Sudah mengisahkan pada kami Muhammad bin Isa, sudah mengisahkan pada kami Yahya bin Zakariya dari Ikrimah bin Ammar dari Muhammad bin Abdillah ad-Du’ali dari Abdul Aziz keponakan Hudzaifah dari Hudzaifah, ia berucap: “Jika Nabi Muhammad saw. memiliki rasa resah dikarenakan suatu hal, beliau salat” (H.R. Abu Daud No. 1319).13

Hadis di atas mengandung makna bahwa salat tidak hanya mengajarkan ketaatan kepada Allah SWT.14 Lafadz إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ mengandung makna “ketika sesuatu yang penting menimpa mereka atau mereka merasa sedih”. Lafadz حَزَبَه pada huruf ب juga diartikan sebagai الحزن, yang bermakna kesedihan. Al-Munziri menyebutkan bahwa hadis ini juga diriwayatkan secara mursal, kecuali dalam lafadz إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى في اخر الليل.15 Selain itu, ayat Al-Qur’an Q.S. al-Baqarah [2]: 45 bahwa konsistensi dalam salat akan terasa berat terkecuali guna mereka yang khusyuk kepada Allah SWT., yang jiwanya penuh keimanan, sehingga mereka segera salat untuk mendamaikan hati dan menghilangkan kegundahan mereka.16

Terdapat redaksi Hadis lain mengenai self healing yang berbunyi di bawah ini:

 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالََّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ سَمِعْتُ أَبَا إِسْحَقَ يُحَدِ ثُ عَنْ الَْْغَ ر أَبِي مُسْلِمٍ أَنَّهُ قَالَ أَشْهَدُ عَلَى أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِ يِ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِ يِ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لََّ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَََّّ عَزَّ وَجَلَّ إِلََّّ حَفَّتْهُمْ الْمَلََئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَ لَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللََُّّ فِيمَنْ عِنْدَه )رواه مسلم(

 

Nabi Muhammad saw. bersabda: “Tidaklah sebuah kaum berkumpul guna melakukan dzikir (mengingat Allah), terkecuali dinaungi oleh para malaikat, diberi kesimpahan pada mereka rahmat, diturunkan pada mereka rasa tenang, serta Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk-Nya” (H.R. Muslim No. 2700).17

Hadis di atas menunjukkan keutamaan berzikir, majelis zikir, serta keberkahan berteman dengan orang-orang saleh. Al-Qadhi Iyad menyebutkan bahwa zikir terbagi jadi dua, yakni zikir dengan hati serta lisan. Zikir dengan hati ialah merenungkan kebesaran Allah dan mematuhi perintah serta larangan-Nya (Imam Nawawi). Zikir yakni kunci ketenangan hati, inti dari kebahagiaan, karena dengan zikir hati manusia sekadar bergantung pada Allah SWT. serta tidak pada yang lain. Zikir menyebabkan sakinah (ketenangan), rahmat, dan dikelilingi malaikat.18

Selain itu, terdapat juga hadis lain yang seirama dengan hadis di atas mengenai self healing, yaitu sebagai berikut:

 

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الَْْعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَ يرَةَ عَنْ النَّبِ يِ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللََِّّ تَعَالَى يَتْلُونَ كِتَابَ اللََِّّ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلََّّ نَزَ لَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلََئِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللََُّّ فِيمَنْ عِنْدَهُ )رواه مسلم(

 

Nabi Muhammad saw. bersabda: “Tidaklah sebuah kaum berkumpul di satu diantara rumah dari rumah-rumah Allah, guna membaca serta mempelajari kitab-Nya, terkecuali sakinah (ketenangan) turun pada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, serta Allah menyebut mereka di hadapan makhluk-Nya” (H.R. Muslim No. 2700).17

Hadis di atas menunjukkan tentang keutamaan membaca serta mendalami Al-Qur’an, baik dalam majelis umum maupun khusus. Sakinah, rahmat, dan malaikat yang menaungi mereka menunjukkan betapa pentingnya menghadiri majelis zikir dan majelis ilmu. Membaca Al-Qur’an secara teratur, diiringi dengan pemahaman akan maknanya, membantu menjelaskan sasaran hidup. Ketika Al-Qur’an berfungsi selaku pedoman hidup, kita bisa yakin bahwa setiap aktivitas yang kita lakukan di dunia dan yang kita jalani dalam hidup ini akan senantiasa dijaga dan diarahkan oleh Tuhan kita.19

Pedoman hadis dan Al-Qur’an diatas menunjukkan pentingnya salat dan zikir sebagai bentuk self healing bagi kesehatan mental. Kedua aktivitas tersebut selain untuk mendekatkan seseorang kepada Allah SWT., juga untuk memberikan ketenangan jiwa serta menyembuhkan luka mental, sehingga seseorang dapat lebih kuat menghadapi berbagai tantangan hidup yang dialaminya.

REFERENSI

 

1 Zakiah, N. (2022). Menjaga Kesehatan Mental dengan Self Healing. Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

2 Rahmasari, D. (2020). Self Healing is Knowing Your Own Self. Surabaya: Unesa University Press.

3 Adila, S. N. (2020). Generasi Z & Self Healing dalam Karya Musik (Studi Analisis Resepsi Self Healing Generasi Z dalam Album “Mantra-mantra Oleh Kunto Aji. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4 Bachtiar, M. A., & Faletehan, A. F. (2021, Juni). Self-Healing sebagai Metode Pengendalian Emosi. 6(1).

5 Biscayawati, A. D. (2020). Analisis Semiotik Simbol Self Healing Pada Lirik Lagu dalam Album Menari Dengan Bayangan-Hindia. Surabaya: UIN Sunan Ampel.

6 Rahmawati, A. P. (2020). Analisis Nilai Sufistik dalam Prosedur Self Healing (Studi Deskriptif Analisis Pada Pelatihan Mind Healing Technique Angkatan ke-13 di Kota Bandung Tahun 2019). Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

7 Islami, L. A. (2016). Self Healing dalam Mengatasi Post-Power Syndrome. Serang: UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

8 Arroisi, J. (2018, November). Spiritual Healing dalam Tradisi Sufi. TSAQAFAH Jurnal Peradaban Islam, 14(2).

9 Zakiah, N. (2022). Menjaga Kesehatan Mental dengan Self Healing. Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

10 Zakiyah Darajat, Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah Tentang Kesehatan Mental dalam Mukjizat Al-Qur’an dan Sunnah tentang IPTEK, (Jakarta: GIP, 1997), 215.

11 Saila Rahmatika, Abd Rozaq, and Ulil Fauziyah, “Konsep Self-Healing Perspektif Al-Qur’an Dan Psikologi (Studi Atas Surah Al-Muzammil 1-10),” Asy-Syari’ah : Jurnal Hukum Islam 9, no. 2 (July 15, 2023): 116–31.

12 Ahmad Kamaluddin, Kontribusi Regulasi Emosi Qur’ani Dalam Membentuk Perilaku Positif (Surabaya: Cipta Media Nusantara, 2022), 62.

13 Abi Daud. (2009). Sunan Abi Daud (Jilid 2). Beirut: Dar ar-Risalah al-‘Alamiyyah.

14 Fadil, A. (2018). Shalat Sebagai Obat (Kajian Hadis Tahlili). UIN Alauddin Makassar.

15 Syariful Haq. (2005). ‘Aunul Ma’bud ‘ala Syarhi Sunan Abi Daud (Cetakan 1). Beirut: Dar Ibn Hazm.

16 Azmi, R. (2017). Hubungan Sabar dan Shalat dalam al-Qur’an. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh.

17 Muslim. (2015). Shahih Muslim (Edisi 2). Riyadh: Dar al-Hadhrah li an-Nasyri wa at-Tauzi.

18 Tarwalis. (2017). Dampak Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa (Studi Kasus di Gampong Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar). Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.

19 Khafidoh, E. N. (2021). Studi Komparatif Pendidikan Islam dalam Tembang Lir-Ilir Karya Sunan Kalijaga dan Tembang Tombo Ati Karya Sunan Bonang. Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.

 

 

Oleh: Sayyidah Maulidatul Afraah

Di zaman disrupsi seperti sekarang, generasi muda tengah menghadapi perubahan yang sangat cepat akibat kemajuan teknologi digital. Apakah kamu tahu apa arti dari disrupsi? Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disrupsi berarti tercabut dari akar. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, disrupsi menggambarkan sebuah fenomena perubahan yang bersifat mendasar, terutama akibat perkembangan teknologi yang menyentuh berbagai aspek kehidupan (Kasali, 2018). Era ini membawa berbagai tantangan, terutama bagi generasi muda muslim. Namun, mereka diharapkan untuk tetap memanfaatkan potensi pada dirinya, tidak berhenti belajar, hingga menjadi generasi yang berprestasi sambil menjaga nilai-nilai keislaman. Seperti firman Allah pada QS. Al-Mujadalah [58]: 11:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

 

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah [58]: 11)”

 

Dalam ayat tersebut, Allah menyampaikan bahwa Dia akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu. Pesan ini menjadi motivasi penting bagi generasi muda Muslim untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan pengetahuan. Sebab, iman dan ilmu adalah fondasi utama untuk meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.

Generasi muda Muslim yang berprestasi merupakan sosok-sosok yang mampu meraih keberhasilan di berbagai bidang kehidupan—baik akademik, profesional, maupun sosial—tanpa melepaskan nilai-nilai Islam yang mereka anut. Mereka tidak hanya cakap dalam sains dan teknologi, tetapi juga menjunjung tinggi akhlak yang mulia, memiliki integritas, serta memberi kontribusi positif bagi masyarakat dan umat.

 

Tantangan Perkembangan Teknologi di Era Disrupsi

Menurut sebuah artikel yang disusun oleh Abdul Rashid Abdul Aziz, Rabi’ah, dan Ihda Ihromi pada tahun 2023 terkait Peluang dan Tantangan Moderasi Beragama di Era Digital, ada tiga tantangan perkembangan teknologi di era disrupsi (Aziz dkk., 2023).

  1. Kekeliruan Informasi akibat Hoax

Generasi muda kerap mengalami kesulitan dalam membedakan informasi yang valid dan yang menyesatkan. Ketika hoaks dianggap sebagai kebenaran, hal ini bisa menyebabkan kesalahpahaman terhadap suatu isu. Oleh karena itu, keterampilan literasi digital menjadi sangat krusial agar mereka mampu mengecek keaslian sumber informasi sebelum menjadikannya rujukan dalam kegiatan belajar. Pentingnya meneliti kebenaran berita juga telah disampaikan dalam Al-Qur’an, tepatnya pada QS. Al-Hujurat [49]: 6, yang mengajarkan agar setiap kabar yang diterima diperiksa lebih dulu, guna menghindari kesalahan dan dampak negatif di masa mendatang.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

 

“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat [49]: 6)

  1. Permasalahan paham radikalisme

Paparan terhadap paham radikalisme dapat mengganggu konsentrasi generasi muda dalam menempuh pendidikan. Alih-alih berfokus pada belajar dan pengembangan diri, mereka justru bisa terbawa ke dalam pemikiran atau tindakan ekstrem. Situasi ini tidak hanya menghambat pencapaian akademik, tetapi juga dapat merusak masa depan mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi generasi muda untuk memiliki pemahaman agama yang tepat serta kemampuan berpikir kritis dalam menyikapi berbagai konten yang tersebar di dunia digital.

  1. Bahaya polarisasi sosial media

Polarisasi dapat menyebabkan generasi muda hanya menerima informasi dari satu sisi saja, yang berisiko menimbulkan pemahaman yang tidak utuh atau cenderung bias. Kondisi ini bisa menghambat kemampuan mereka dalam berpikir kritis, menyusun argumen yang seimbang, serta menulis karya ilmiah yang objektif. Untuk mengatasi hal tersebut, penting bagi generasi muda untuk terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber, terbuka terhadap beragam sudut pandang, dan aktif terlibat dalam diskusi yang konstruktif.

 

Strategi Menghadapi Tantangan di Era Disrupsi

Menurut sebuah artikel yang susun oleh Achmad Tahar, Pompong B. Setiadi, dan Sri Rahayu pada tahun 2022, terkait Peluang dan Tantangan Moderasi Beragama di Era Digital, ada tiga strategi yang dapat diimplementasikan dalam menghadapi tantang di Era Disrupsi.

  1. Digital Skill for Digital Competency

Generasi muda Muslim perlu membekali diri dengan kompetensi digital yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kesadaran dalam menggunakan teknologi informasi. Kompetensi ini mencakup kemampuan menggunakan perangkat lunak dan alat digital, serta pemahaman tentang keamanan siber, etika digital, dan literasi informasi. Kompetensi tersebut dapat melalui kursus online maupun pelatihan untuk mengembangkan keterampilan digital seperti desain grafis maupun pemrograman. Sehingga, generasi muda memiliki digital skill untuk kompetensi yang sesuai dengan perkembangan dan permasalahan terkini.

  1. Penerapan Digital Competency Development

Pengembangan dan penerapan kompetensi digital secara efektif adalah kunci keberhasilan dalam adaptasi teknologi. Generasi muda muslim perlu memahami bagaimana teknologi dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Seperti terlibat dalam proyek atau start-up yang menggunakan teknologi digital untuk menciptakan solusi atas masalah-masalah sosial atau ekonomi. Proyek tersebut dapat berupa pembuatan aplikasi yang mendukung pendidikan Islam atau platform digital yang mempromosikan bisnis halal. Sehingga, mereka melalui penerapan digital competency development ini untuk bekal dalam mengikuti kompetisi terkini, memberi solusi dalam kehidupan sehari-hari, hingga menghasilkan karya inovasi.

  1. Peningkatan Human Value

Di era digital, penting bagi generasi muda muslim untuk tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada pengembangan nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, simpati, dan kemampuan berkomunikasi dengan berbagai golongan sosial. Seperti aktif dalam kegiatan sosial baik online maupun offline, yang bertujuan untuk membantu sesama. Inisiasi tersebut dapat berupa pembuatan kampanye sosial melalui media sosial atau bergabung dengan gerakan sosial. Sehingga, mereka dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang signifikan terhadap masyarakat dan umat.

 

Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini, generasi muda Muslim dapat membangun kompetensi yang diperlukan untuk sukses di era disrupsi, sekaligus mempertahankan identitas dan nilai-nilai keislaman yang kuat. Hal ini akan membantu mereka untuk tidak hanya berprestasi secara akademik dan profesional, tetapi juga berkontribusi positif bagi masyarakat dan umat. Hal ini sejalan dengan firman Allah pada QS. Ar-Ra’d [13]: 11, yang mengajarkan kita untuk proaktif dalam menghadapi perubahan.

 

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

 

Belajar dari Kisah Para Sahabat dan Tokoh Muslim

Pertama, Abdullah bin Abbas adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal karena kecerdasannya dan keilmuannya yang mendalam (Zahara, 2024). Ia adalah sepupu Nabi Muhammad SAW dan sejak kecil sudah menunjukkan kecenderungan yang kuat terhadap ilmu pengetahuan. Abdullah bin Abbas dikenal dengan gelar Tarjuman al-Qur’an (penafsir Al-Qur’an) karena pengetahuannya yang luas tentang tafsir. Ia belajar langsung dari Nabi Muhammad SAW dan kemudian dari sahabat-sahabat senior lainnya. Kecintaannya pada ilmu membuatnya terus belajar dan mengajar sepanjang hidupnya. Meskipun masih sangat muda, Abdullah bin Abbas sering mencari dan berdiskusi dengan para sahabat senior untuk belajar lebih banyak. Ia menunjukkan bahwa usia muda bukanlah halangan untuk mencapai pengetahuan yang tinggi.

Kedua, Dr. Hayat Sindi adalah seorang ilmuwan dan penemu dari Arab Saudi yang dikenal sebagai salah satu tokoh wanita paling berpengaruh di dunia sains (Desindatika, 2024).  Ia adalah wanita pertama dari Timur Tengah yang memperoleh gelar PhD dalam bioteknologi dari Universitas Cambridge. Dr. Sindi adalah co-founder Diagnostics for All, sebuah organisasi nirlaba yang mengembangkan alat diagnostik yang mudah digunakan dan murah untuk daerah terpencil. Sebagai wanita Muslim, Dr. Sindi berhasil menembus batas-batas yang biasanya dianggap sulit dicapai oleh wanita di dunia sains dan teknologi. Ia menjadi inspirasi bagi banyak wanita Muslim dan generasi muda untuk berani bermimpi besar dan mengejar karir dalam bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika).

Abdullah bin Abbas dari masa lalu dan Dr. Hayat Sindi dari masa kini menunjukkan bahwa kecintaan pada ilmu, keteguhan dalam menuntut ilmu, dan komitmen untuk menggunakan ilmu tersebut demi kemaslahatan orang banyak adalah kualitas-kualitas yang dapat membawa seseorang menuju prestasi besar. Generasi muda Muslim di era digital dapat meneladani semangat ini untuk mencapai kesuksesan sambil tetap memegang teguh nilai-nilai Islam.

 

Motivasi untuk Generasi Muda Muslim

Sebagai generasi muda kita perlu untuk berani bermimpi dan berinovasi. Jadikan iman dan taqwa sebagai fondasi dalam setiap langkah. Dengan iman yang kuat, kita akan memiliki ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan. Hal tersebut sesuai dengan Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Abbas RA yang menjelaskan terkait pentingnya memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya, sebelum datang masa tua, sakit, atau kesibukan. Bagi generasi muda Muslim, ini adalah panggilan untuk memaksimalkan potensi diri, mencapai prestasi, dan mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat sebelum kesempatan itu hilang.

 

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang miskinmu, waktu luangmu sebelum datang sibukmu, hidupmu sebelum datang matimu.”

 

Dengan memanfaatkan teknologi, berinovasi, dan menjaga nilai-nilai keislaman, kita dapat menjadi agen perubahan yang membawa manfaat bagi umat dan dunia. Semoga artikel ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi untuk terus berusaha dan berprestasi di tengah segala perubahan.

 

Marâji’

Abdul Rashid Abdul Aziz, Rabi’ah, Ihda Ihromi. “Peluang dan Tantangan Moderasi Beragamadi Era Digital” dalam INTEGRASI : Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. 1 No. 2, Tahun 2023.

Achmad Tahar, Pompong B. Setiadi, Sri Rahayu. “Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Era Society 5.0” dalam Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 6 No. 2, Tahun 2022.

Dwitisya Rizky Desindatika. “Dr Hayat Sindi, Muslimah Pendobrak Teknologi Kesehatan Dunia” https://langit7.id/read/132/1/dr-hayat-sindi-muslimah-pendobrak-teknologi-kesehatan-dunia-162487481. Diakses pada 29 Agustus 2024.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Disrupsi” https://www.kbbi.web.id/disrupsi. Diakses pada 29 Agustus 2024.

Muhammad Afiq Zahara. “Kisah Kepekaan Ibnu Abbas Sejak Kecil” https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/kisah-kepekaan-ibnu-abbas-sejak-kecil-xhj75. 2023. Diakses pada 29 Agustus 2024.

Rhenald Kasali. The Great Shifting: Ketika Platform Berubah Kehidupan dan Bisnis pun Berpindah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2018.

 

 

Tim PKM-Kewirausahaan Universitas Islam Indonesia (UII) dari jurusan Teknik Industri dan Farmasi telah membuat terobosan dengan mengembangkan produk salep inovatif sebagai terapi luka. Tim yang terdiri dari Mumtaz Fahd Rifmawan Ms, Andi Muh Khaidir Resqullah, Muhammad Arif Fadhillah, Sofa Tasya Kamila, dan Khanza Adinda Salsabila ini menciptakan “Multipin Salep,” salep herbal yang menggunakan ekstrak Kalanchoe Pinnata dan Jatropha Multifida, dan dibimbing oleh Ir. Muchamad Sugarindra, S.T., M.T.I., IPM. Produk ini dilengkapi dengan aroma melati yang memberikan efek terapi tambahan.

Multipin Salep merespons kebutuhan banyak masyarakat Indonesia yang menderita luka lecet dan sayat serta cenderung menggunakan pengobatan tradisional. Produk ini memanfaatkan bahan alami herbal yang mengurangi risiko efek samping, berbeda dari produk kimia. Dengan kandungan antibakteri dan anti inflamasi dari jarak tintir (Jatropha multifida Linn) dan cocor bebek (Kalanchoe pinnata Lamk), salep ini memberikan solusi penyembuhan luka yang efektif sekaligus menyegarkan dengan aroma minyak atsiri bunga melati.

Pembuatan Multipin Salep melibatkan serangkaian proses mulai dari pembuatan serbuk simplisia, ekstraksi bahan herbal, hingga pencampuran dengan Cera Alba, Vaselin Album, dan bahan pelengkap lainnya. Salep kemudian dipasarkan melalui kanal online seperti media sosial dan e-commerce, serta offline melalui strategi grassroots campaign yang bekerjasama dengan apotek dan toko obat herbal. Strategi ini dirancang untuk mempromosikan dan meningkatkan adopsi salep herbal di kalangan masyarakat luas. (Abdullah Azzam/6 Juli 2024)

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menunjukkan prestasi gemilang dengan berhasil melaju ke KMI EXPO XV 2024 melalui Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW). Di bawah bimbingan Ir. Muchamad Sugarindra, tim ini maju ke tahap kompetisi setelah menerima pendanaan P2MW pada bulan Mei. KMI EXPO memberikan peluang bagi mahasiswa untuk bersaing dan memperkenalkan produk inovatifnya sekaligus memperluas jaringan usaha. Zafira Ratna Dewi Nastiti, anggota tim, mengembangkan sabun cuci piring ramah lingkungan dan membagikan harapan serta pengalamannya dalam kompetisi ini. Dia sangat berharap ilmu yang diperoleh dari P2MW bisa diaplikasikan dengan baik dan memberikan hasil terbaik di ajang tersebut.

Kesuksesan mahasiswa Teknik Industri UII tidak berhenti di situ; prestasi nasional lain juga dicapai. Tim dari Teknik Industri berhasil mencapai final dalam GEMASTIK XVII untuk Teknologi Informasi dan Komunikasi dan akan bersaing pada 29 September 2024. Selain itu, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UII melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) UNAIR 2024, forum diskusi ilmiah terbesar untuk mengatasi masalah sosial. Dewi Nurmalina, anggota tim PKM, menyatakan kegembiraannya atas prestasi ini, meski diiringi proses yang melelahkan dan membutuhkan banyak usaha.

Dukungan dari dosen Teknik Industri UII sangat berperan penting dalam pencapaian mahasiswa. Ir. Ali Parkhan, M.T., yang membimbing tim GEMASTIK dan PIMNAS, menekankan pentingnya menggali potensi diri dan nilai disiplin serta komitmen untuk sukses. Begitu pula, Amarria Dila Sari, S.T., M.Sc., turut berperan dalam membimbing timnya hingga final GEMASTIK XVII. Prestasi mahasiswa ini mencerminkan kerja keras dan semangat inovasi, menunjukkan bahwa dengan arahan yang tepat, mahasiswa dapat meraih puncak prestasi di ajang nasional. Selamat dan tetap semangat untuk tahap berikutnya! (Abdullah Azzam/26 September 2024)

Sekelompok mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) telah mengembangkan alat inovatif untuk mengoptimalkan mesin pembakar sampah atau insinerator. Tim mahasiswa yang terdiri dari Abrar Radhitya Widyatmoko, Alvin Dhavi Juliano, Amin Sulaiman, dan Muhammad Syahdan Sigit Maulana, masing-masing dari program studi Teknik Lingkungan, Teknik Mesin, Teknik Industri, dan Teknik Kimia, berpartisipasi dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Periode 70 Tematik Layanan Lansia Terintegrasi di Kelurahan Purbayan, Kotagede. Menyadari masalah emisi asap dari insinerator yang dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan, mereka merancang cerobong tambahan dengan sistem filtrasi untuk mengurangi polusi udara.

Abrar menjelaskan bahwa alat ini beroperasi secara sederhana namun efektif. Cerobong tambahan tersebut mengarahkan asap pembakaran melewati dua filter karbon aktif yang mampu menangkap zat-zat berbahaya seperti dioksin dan amonia, dengan efisiensi hingga 99%. Inovasi ini tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga menjawab masalah sosial terkait pengelolaan sampah yang sesuai dengan peraturan pemerintah. Insinerator yang lebih ramah lingkungan memungkinkan masyarakat mengelola sampah sendiri dengan pencemaran yang lebih rendah, mengurangi kebutuhan akan jasa penggerobak sampah.

Pembuatan alat ini, yang terbuat dari plat besi dengan biaya produksi sekitar Rp 700.000 per unit, diharapkan dapat menjadi solusi dalam penanganan pencemaran udara akibat pembakaran sampah. Pada akhir KKN, alat ini diserahkan kepada tokoh masyarakat di Kampung Purbayan. Warga menyambut baik inovasi ini dan mengapresiasi kontribusi mahasiswa UII dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan. (WHP/4 Maret 2025)

Dalam menghadapi tantangan era industri 4.0 dan masyarakat 5.0, penguasaan teknologi saja tidaklah cukup. Dunia kerja saat ini membutuhkan profesional yang tidak hanya cakap dalam aspek teknis, tetapi juga menjunjung tinggi integritas, profesionalisme, dan kecerdasan strategis. Menjawab kebutuhan tersebut, Program Studi Manajemen Rekayasa (PSMR) Universitas Islam Indonesia (UII) menetapkan arah pengembangan lulusannya melalui empat karakter utama yang dirumuskan dalam Profil Lulusan EPIC: Ethical, Professional, Intelligent, dan Competent.

Ethical
Lulusan PSMR UII dibentuk untuk menjunjung tinggi nilai-nilai etika, baik dalam konteks profesional maupun sosial. Etika kerja ini berlandaskan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yang menjadi fondasi UII, membentuk lulusan yang bertanggung jawab dalam setiap keputusan pengembangan produk yang mereka ambil.

Professional
Sikap profesional ditanamkan sejak awal proses pembelajaran melalui praktik langsung, kerja tim lintas disiplin, serta komunikasi yang efektif. Lulusan dibekali kemampuan untuk bekerja secara sistematis, disiplin terhadap waktu, dan adaptif terhadap dinamika dunia industri.

Intelligent
Kecerdasan yang dimaksud bukan semata-mata akademik, melainkan mencakup kemampuan berpikir kritis, analitis, dan strategis dalam merespons kompleksitas pengembangan produk. Lulusan mampu memanfaatkan data digital secara optimal untuk menghasilkan keputusan desain yang akurat dan relevan.

Competent
Kompetensi lulusan dibangun melalui kurikulum berbasis proyek dan integrasi dengan kebutuhan industri. PSMR UII menekankan penguasaan metode dan alat pengembangan produk berbasis data digital (digital data-driven product design), mulai dari identifikasi kebutuhan pasar, perancangan sistem, hingga validasi produk.

Dengan profil lulusan EPIC ini, PSMR UII berkomitmen untuk mencetak generasi baru pengembang produk yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga siap memimpin inovasi yang bermakna dan berkelanjutan. Mereka bukan sekadar pengguna teknologi, melainkan pencipta solusi berbasis data yang berdampak nyata bagi masyarakat.

Transformasi industri yang didorong oleh digitalisasi menuntut hadirnya talenta yang mampu mengintegrasikan pemahaman teknis dengan wawasan manajerial dalam pengembangan produk. Program Studi Manajemen Rekayasa (PSMR) Universitas Islam Indonesia (UII) hadir sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut, dengan fokus pada pengembangan produk berbasis data digital.

Berbekal kurikulum yang adaptif terhadap perkembangan teknologi dan industri, lulusan PSMR UII memiliki prospek karier yang luas di sektor manufaktur, jasa, teknologi informasi, dan produk konsumen. Posisi-posisi berikut ini mencerminkan relevansi kompetensi lulusan PSMR dengan kebutuhan nyata di pasar kerja Indonesia:

1.⁠ ⁠Product Research and Development Staff
Lulusan PSMR UII memiliki kemampuan dalam merancang, menguji, dan menyempurnakan produk baru berbasis analisis data pasar dan kebutuhan konsumen. Posisi ini banyak dibutuhkan di sektor FMCG, teknologi, dan otomotif.

2.⁠ ⁠Market Research Analyst
Kemampuan analisis data digital dan pemahaman perilaku pasar menjadikan lulusan PSMR ideal untuk peran ini. Mereka mampu mengolah informasi untuk mendukung keputusan strategis dalam pengembangan produk dan layanan.

3.⁠ ⁠Assistant Product Manager
Dengan pemahaman menyeluruh tentang siklus hidup produk dan manajemen proyek, lulusan PSMR UII dapat berperan aktif dalam proses pengembangan produk baru, koordinasi antar tim teknis, serta evaluasi performa produk di pasar.

4.⁠ ⁠Management Trainee (Bidang Produk dan Teknologi)
Banyak perusahaan nasional dan multinasional membuka jalur akselerasi kepemimpinan melalui program Management Trainee. Lulusan PSMR UII yang memiliki kombinasi kemampuan teknis dan manajerial sangat sesuai untuk posisi ini.

5.⁠ ⁠Product Development Staff
Dalam peran ini, lulusan PSMR terlibat langsung dalam merancang spesifikasi teknis, menentukan strategi produksi, dan memastikan kesesuaian produk dengan ekspektasi pasar.

Keunikan PSMR UII terletak pada pendekatannya yang tidak hanya berbasis teknologi, tetapi juga ditopang oleh nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yang menjadi karakter UII sebagai institusi pendidikan tinggi berakreditasi “Unggul”. Dengan demikian, lulusan PSMR UII dipersiapkan tidak hanya untuk berkompetisi di tingkat nasional, tetapi juga untuk berkontribusi pada masa depan industri yang berkelanjutan dan berintegritas.

Dalam lanskap global yang semakin terdigitalisasi, Manajemen Rekayasa (Engineering Management) tampil sebagai salah satu disiplin strategis yang menghubungkan teknologi, inovasi, dan kepemimpinan bisnis. Di berbagai belahan dunia, program ini mengalami transformasi seiring dengan perubahan kebutuhan industri—bukan hanya dalam aspek teknis, tetapi juga dalam kemampuan untuk mengelola data, proses inovatif, dan ketidakpastian pasar.

University College London (UCL) misalnya, menawarkan program Engineering with Innovation and Entrepreneurship yang dirancang untuk melatih mahasiswa agar mampu merancang solusi teknologi sekaligus mengelola proses komersialisasinya. Di Jerman, RWTH Aachen University menggabungkan pendekatan teknik industri klasik dengan kecerdasan buatan dan analitik prediktif untuk meningkatkan efisiensi sistem produksi. Sementara itu, National University of Singapore (NUS) melalui School of Continuing and Lifelong Education (SCALE) memberikan penekanan pada data-driven decision making dalam konteks teknik dan bisnis.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa Manajemen Rekayasa di dunia telah berevolusi menjadi ilmu yang sangat adaptif dan kontekstual—tergantung pada tantangan lokal maupun tren global. Tidak lagi sekadar soal manajemen proyek teknis, tetapi juga tentang kemampuan memanfaatkan data digital untuk menciptakan nilai tambah secara berkelanjutan.

Di tengah arus global tersebut, Universitas Islam Indonesia (UII) mengambil posisi strategis dengan menghadirkan Program Studi Manajemen Rekayasa (PSMR) yang berfokus pada pengembangan produk berbasis data digital. Dirancang untuk menjawab kebutuhan industri 4.0 dan 5.0, PSMR UII mencetak lulusan yang siap berperan sebagai pengembang produk, analis pasar, dan manajer inovasi di berbagai sektor. Dengan akreditasi “Unggul” yang disandang UII dan fondasi nilai-nilai keislaman serta keindonesiaan, PSMR UII mempersiapkan generasi profesional yang kompeten secara teknis dan berintegritas dalam kepemimpinan.